Kepemimpinan efektif

Oleh. M. Arief Pranoto (Kepemimpinan efektif, berpikir global bertindak lokal)

Pada setiap lembaga manapun, terutama lembaga pendidikan yang mencetak calon-calon pemimpin masa depan (bukan pemimpin di depan massa), senantiasa dikenalkan berbagai model dan teori kepemimpinan. Entah model otoriter, demokratis, atau gaya transformatif, kepemimpinan visioner,entrepreneur leadership ataupun kepemimpinan heroik dan lainnya.

Pertanyaan kenapa demikian ialah dalam rangka membekali sosok, atau siapapun sang calon pemimpin, bahwa tidak ada satupun situasi dan tantangan tugas yang berkembang bisa dihadapi hanya dengan satu model kepemimpinan. Artinya berbagai gaya dan tipe leadership yang dipelajari semata-mata guna membekali calon untuk melakukan pilihan tentang teori dan model mana yang cocok mengatasi situasi faktual.

Sebagai contoh kepemimpinan Adolf Hitler doeloe cocok bagi Jerman masa lalu tetapi mungkin “dibenci” untuk masa sekarang; atau gaya Ahmadinejad mungkin efektif untuk Iran masa kini namun (mungkin) ditolak oleh rakyat Iran masa lalu; atau gaya dan tipe kepemimpinan Bung Karno kini dirindu banyak elemen bangsa, atau gaya Pak Hoegeng pas untuk era sekarang kendati tidak cocok bagi masa lalu Polri, dan lainnya.

Ya. Leadership selain sebagai ilmu juga sebuah seni. Maka tak satupun model kepemimpinan seseorang bisa sama meski  “dicetak” pada suatu lembaga pendidikan tidak berbeda. Kepemimpinan sebagai ilmu akan diformalisasi oleh unsur dan prinsip-prinsip yang mutlak dipenuhi, tetapi sebagai seni – kepemimpinan bakal “mengalir” sesuai talenta dan kharakter orangnya. Tetapi entah sebagai seni, ataupun sebagai ilmu – suatu leadership dikatakan efektif jika mampu mengantarkan organisasi, atau bangsa yang dipimpin meraih impian dan tujuan-tujuan bersama.

Terkait judul di atas, penulis menawarkan model dan gaya kepemimpinan global bertindak lokal. Menurut Muladi (2011), global leadership ialah type kepemimpinan yang memahami keanekaragaman ekonomi, politik, sosial dan budaya sebagai warga dunia dengan visi dan nilai-nilai yang open ended(nilai belum final masih terbuka untuk sharing/tidak dogmatis); appreciating cultural diversity(menghormati keragaman budaya); memahami kemajuan teknologi; selalu membangun kemitraan dan aliansi serta sharing leadership.

Model kepemimpinan global dirasa sangat penting mengingat kuatnya pengaruh globalisasi yang cenderung hyperglobalist dan menebar global injustice (ketidakadilan) disana-sini dengan berbagai kemasan. Perkembangan situasi yang tengah berlangsung kini memang terasa sulit dipahami dan diprediksi dengan wawasan lokal saja. Contoh  riil adalah bentuk ancaman kini tidak lagi bersifat simetrik serta berdimensi tunggal dari suatu negara tertentu yang bersifat militer, namun telah bergeser menjadi ancaman asimetrik, seperti bahaya alam, ancaman terhadap ekonomi dan pembangunan, bahaya sistem sosial politik dan sebagainya. Dan seringkali hal itu disebabkan oleh aktivitas aktor-aktor non negara yang perannya sudah setingkat negara bahkan melebihi negara itu sendiri (above the state).

Inti manajemen adalah kepemimpinan, dan inti kepemimpinan ialah decision making (pengambilan keputusan). Dengan demikian, efektif atau tidaknya leadership tergantung akurasi keputusan pemimpinnya. Artinya seberapa besar keberpihakan dan kemanfaatan keputusan tersebut terhadap lingkungan internal, atau justru lebih menguntungkan eksternal dan seterusnya.

Yang jelas bahwa setiap organisasi atau suatu pemerintahan negara niscaya akan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah serta memajukan kesejahteraan warganya. Maka suatu kepemimpinan global bertindak lokal adalah salah satu jawabannya.

0 komentar

Write Down Your Responses