Badai Senja Hari
Oleh. Hamid Ghozali
ketika banyak kuncup tumbuh
namun tak lazim
layu sebelum ia mekar mewangi
Pada taman sejuk nan indah ini
sungguh sayang banyak petak keras
disana-sini
para pemilik tanah salah urus
memilih dan menyemai pupuk yang salah
Ini pagi serasa senja, ada tiupan badai
kencang angin panas dari utara
janjikan kemewahan semu
tebarkan kilau mata, rontoklah kelopak bunga
di selatan banyak kabar muram
tentang bunga-bunga tak jua kembang
merana dalam taman indah
Kering angin bertiup di pagi hari
namun serasa badai senja hari, membuat gerah
seorang kawan berbisik:
''Sudah berapa patriot negeri ini di penjara,
sedangkan para pelacur bangsa dipuja-puja,
disebut pendekar, dikalungi bunga-bunga?"
Atas nama demokrasi, HAM dan kebebasan
berpijak buih stigma yang katanya mengglobal
rasanya mereka telah menipu semua,
bukankah kita punya nilai-nilai sendiri?
Kebebasan bukanlah sekehendak hati
demokrasi tidak identik dengan pemaksaan
dan HAM bukan menangnya sendiri
mBahku berteriak, suaranya parau
termakan senja usianya:
"Bukankah ada musyawarah untuk mufakat,
lupakah kamu dengan kegotong-royongan,
tinggalkan samar HAM yang cenderung
mengadu-domba anak bangsa?"
Angin utara nan kering lagi kerontang
sering membuat badai disana-sini
mencabik-cabik tatanan indah
lalu memporak-porandakan taman syurga
di negeri Zamrud Khatulistiwa
WASPADALAH!
Tangerang, 28 Juni 2008
0 komentar
Write Down Your Responses