Pesan dan keajaiban

Kakekmu(ayah ibu) adalah seorang juragan tanah sekaligus juragan rempah-rempah(lada, kopi & cengkeh) yang cukup sukses. Kolam ikan kakekmu juga luas dan lengkap dengan 1 buah perahu speedboat untuk mengelilingi kolam ikannya.

Di masa itu, tv dan kendaraan bermotor adalah barang mewah yang masih jarang dimiliki oleh banyak orang, dan keluarga ibu sudah memiliki fasilitas itu semua, bahkan ibu memiliki motor pribadi (vespa) yang di belikan oleh kakekmu. Pada saat ibu sekolah setingkat SMA, rata-rata harga sebuah kontrakan untuk tempat tinggal setahunnya adalah Rp. 4000, sama seperti gaji ayahmu pada saat itu selama sebulan. Tapi kakekmu sudah membayar sebuah kontrakan tempat tinggal untuk ibu selama setahun seharga Rp. 10000. Sangat mewah pada saat itu.

Keadaan ekonomi keluarga ayahmu saat itu cukup memprihatinkan. Kakekmu(bapak ayah) adalah seorang petani biasa yang terkadang juga berdagang sedikit beras dan menerima jahitan pakaian. Sedangkan ayahmu adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dan berprofesi sebagai seorang pegawai kecil dengan gaji Rp. 4000 perbulannya. Dan ayahmu harus membantu menghidupi dan merawat 3 orang tantemu.

Kami menikah saat ibu baru saja menyelesaikan sekolah setingkat SMA, sedangkan ayahmu sudah bekerja dengan penghasilan yang minim. Pernikahan kami tidak disetujui oleh kakekmu(ayah ibu). Kata kakek, kalau ibu menikah dengan ayahmu maka ibu akan susah dan menderita. Jujur saja ibu sedih dan bingung sekali pada saat itu. Di satu sisi ibu sadar jika ibu punya kewajiban untuk menuruti dan berbakti kepada orang tua. Tapi di sisi lain ibu juga sadar jika ibu punya hak yang juga diberikan Allah untuk menentukan pilihan sebagai manusia yang berdiri sendiri. Setelah berdoa memohon petunjuk, memohon ampunan kepada Allah serta berpikir yang cukup panjang, akhirnya ibu memilih menikah dengan ayahmu serta membulatkan hati untuk menerima segala konsekwensi dari pilihan ibu. Pada saat itu nenekmu dan beberapa adik-adik ibu tidak terlalu keras menentang pilihan ibu. Hanya saja, kakekmu(ayah ibu) yang memang berkarakter keras sangat marah sehingga ibu tidak diperbolehkan lagi untuk bertandang ke rumah keluarga ibu.

Ibu lalu tinggal bersama keluarga ayahmu. Sebuah ujian besar harus ibu hadapi. Bayangkan saja, ibu yang terbiasa hidup serba ada dan enak, mendadak harus hidup prihatin. Untuk makan telur ayam saja kami hanya membeli 1 atau 2 buah telur kemudian dibagi bersama untuk lauk makan satu hari, itupun sangat jarang. Lebih sering kami memakan lauk pauk dan sayur seadanya saja. Jika ingin menonton tv, kami harus menumpang di rumah tetangga yang memilki TV, karena keluarga ayahmu pada saat itu belum mampu untuk membeli sebuah tv. Terkadang jika ibu ingin menghadiri undangan resepsi, nenekmu secara sembunyi-sembunyi meminjamkan perhiasannya untuk ibu kenakan. Belum lagi ditambah dengan beberapa konflik keluarga pada saat itu.

Di masa inilah ibu merasa apa yang dikatakan kakekmu(ayah ibu) benar. Tapi tidak sedikitpun ibu menyesali pilihan yang telah ibu ambil, karena sebelumnya ibu sudah berdoa memohon petunjuk, memohon ampunan kepada Allah dan berpikir yang cukup panjang untuk menikah dengan ayahmu dengan segala konsekwensinya. Namun ayahmu menjawab pilihan ibu itu dengan tanggungjawab dan kerja keras. Pahit manisnya kami lalui bersama dengan keyakinan. Dan ibu yakin serta ikhlas menjalani semua proses perjuangan bersama ayahmu. Ibu selalu berharap dan berdoa semoga ada ibadah didalamnya.

Seiring waktu berjalan, kemarahan kakekmu(ayah ibu) sudah mulai mereda. Kondisi ekonomi ayahmu dan keluarganya juga mulai membaik(walau tidak mewah). Sedangkan pada saat itu kondisi ekonomi keluarga ibu sudah tidak lagi semapan sewaktu ibu belum menikah dengan ayahmu. Beberapa permasalahan pada keluarga ibu juga mampu diselesaikan oleh ayahmu. Selain itu, walau dengan segala keterbatasan, ibu dan ayahmu tetap menyekolahkan kakakmu, kau dan adikmu sampai menjadi seorang sarjana hingga mampu memasuki dunia kerja.

Sebuah proses yang tidak mudah nak. Ibu berharap kalian tidak merasakannya. Tapi seandainya anak-anak ibu harus merasakan itu semua, semoga kalian ikhlas menjalani, ibu ikhlaskan kepada Allah dan ibu kembalikan ke pilihan kalian masing-masing sebagai anak-anak ibu sekaligus sebagai mahluk Allah yang berdiri sendiri, karena ibu yakin jika Allah selalu memberikan apa yang kita perlukan walau terkadang bukan apa yang kita inginkan.


Ibu berkata lewat matanya pada saat ia bercerita:

* Allah Maha Besar dan Maha Adil nak, disaat ibu menjalani semua kesusahan bersama ayahmu, mungkin disitulah ibu menjalani hukuman ibu dan disaat itulah Allah menunjukan kepada ibu bahwa apa yang dikatakan orang tua itu sering benar adanya.

* Allah Maha Besar dan Maha Adil nak, disaat kondisi ayahmu membaik dan mampu menyelesaikan permasalahan di keluarga ibu, disaat itulah juga Allah menunjukan kepada kakekmu(ayah ibu) bahwa pilihan ibu sebagai anak pun tidak salah.

* Selalu berdoalah kepada Allah nak, karena setiap pilihan pasti dan selalu ada konsekwensi yang harus kita terima.

* Ketika ada sebuah niat untuk berbuat baik/beribadah akan selalu ada halangan dan rintangan tapi juga akan selalu ada jalan nak.

* Kita memerlukan harta nak tapi tidak menjadi yang utama dan tidak menjamin kebahagiaan, karena kebahagiaan sejati terletak dihati dan itu sudah ibu buktikan.

* Dan selalu luruskanlah niatmu nak, matangkanlah doamu, perkuat ikhtiar dan ikhlasmu serta jagalah rasa bersyukurmu.

* Masih banyak lagi nak pesan & keajaiban yang ingin disampaikan Allah, kau harus belajar memahaminya nak.

0 komentar

Write Down Your Responses