MADURA Oh MADURA, MADU-nya RAsa

Oleh. Hamid Ghuzali

Madura oh Madura : MADU-nya RAsa. Itulah sedikit ungkapan yang terngiang dikepala saya sewaktu masih kecil dari ibu saya.

Setelah saya telusuri ternyata memang benar adanya. Ini bukan isapan jempol, dulu kakak saya belajar banyak tentang bahasa Madura dalam 7 (tujuh) tingkatan atau strata seperti halnya bahasa jawa yang juga punya 7 (tujuh) tingkatan dalam bermasyarakat. Ada unggah-ungguh (aturan) yang harus dipahami betul saat mempelajari bahasa tersebut dan kecenderungannya makin ke atas tingkat kesulitan bahasa dan kedalaman artinya makin halus, hamper-hampir menyamai bahasa yang tersirat atau sastra tingkat tinggi yang sulit dimengerti oleh awam. Itulah bahasa raja. Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365-an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komonitas budaya yang sama.

Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria. Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.

Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.

Kota-Kota Eks Karesidenan Madura, meliputi: 
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
Kalianget

Madura doeloe dan kini nyaris beda jauh dan berbanding 180 derajat. Doeloe Madura sangatlah terkenal oleh para pedagang internasional, negarawan, para musafir hingga tokoh agama sekalipun yang banyak berkecimpung dalam urusan dalam negerinya baik perniagaan, bertukar pikiran hingga syi’ar agama Islam yang termuat dalam berbagai cerita rakyat dan dokumen kerajaan yang ada di Madura. Namun semenjak abad 19 predikat itu mulai luntur dan satu persatu nama harum Madura tergantikan oleh sebuah stigma yang mengharuskan anak negeri pulau garam ini harus mengakuinya bahwa itu seperti bagian dari tradisinya seperti bertani tembakau, kopi, carok, jualan garam, jualan sate hingga sebutan pedagang loakan atau barang bekas hingga urusan TKI. Ya sungguh ironi dan kontradiksi dengan kenyataan doeloe yang pernah melekat harum disetiap pelosok negeri ini. Akankah generasi muda pulau Madura sekarang ini bisa menimba nilai-nilai kearifan local (local wisdom) yang doeloe pernah mengiringi kejayaan nusantara ataukah bakalan tetap sporadis (menyebar) ke berbagai kota dan penjuru dunia. Ataukah kembali dengan semangat dan tekad membara untuk membangun pulaunya menjadi wilayah yang bermartabat. Menengok ramainya para investor dari berbagai Negara yang mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam yang ada di bumi Madura ini sangatlah kontradiksi dengan imbal balik yang didapat oleh rakyat Madura baik untuk pembangunan fisik maupun non fisik serta pembangunan sumber daya manusianya sendiri. Jadi jangan kaget, Sumenep misalnya diperkirakan akan mendapatkan dana bagi hasil minyak dan gas sebesar Rp 8,8 triliun, pajak personal pegawai Migas belum masuk ke APBD, berapa nilai pajak galian C-nya, corporate social responsibilty (CSR), dana bagi hasil (DBH) dari PT Santos belum masuk APBD serta DBH dari PT Kangean Energy Indonesia (KEI) yang juga tidak pernah di publikasikan dalam lampiran peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 08/PMK.07/2012, Sumenep akan mendapatkan dana bagi hasil dari minyak bumi dan gas bumi, di Sumenep ada 10 kontraktor - kontrak kerja sama (K3S) migas yang melakukan eksploitasi maupun eksplorasi Migas agar kita tahu siapa saja operator migas di Madura berikut ini saya sertakan datanya :

1) Blok Bawean Operator: Camar Resources Canada Inc Kontraktor: Kerr-McGee of Indonesia Inc (Amerika Serikat).

2) Blok Bulu Operator: Pearloil Satria Ltd (Uni Emirat Arab) Kontraktor: Sebana Ltd.

3) Blok Pangkah Operator: Amerada Hess Indonesia-Pangkah Ltd (Amerika Serikat) Kontraktor: Premier Oil Pangkah Ltd.

4) Blok Onshore and Offshore Madura Strait Area Operator: Husky Oil (Madura) Ltd Kontraktor: Hudbay Oil International Ltd (Inggris).

5) Blok Karapan Operator: Amstelco Karapan Pte Ltd (Inggris) Kontraktor: Amstelco Karapan Pte Ltd Blok East Bawean I Operator: East Bawean.

6) Blok East Bawean I Operator: East Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: CJSC Sintezmorneftegaz (Rusia).

7) Blok South East Madura Operator: PT Energi Mineral Langgeng Kontraktor: PT Energi Mineral Langgeng.

8) Blok East Bawean II Operator: Husky Oil Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: Husky Oil Bawean Ltd.

9) Blok North East Madura III Operator: Anadarko Indonesia Company (Amerika Serikat) Kontraktor: Anadarko Indonesia Company.

10) Blok Madura Offshore Operator: Santos Madura Offshore Pty Ltd Kontraktor: Talisman Madura Ltd (Kanada).

11) Blok Mandala Operator: PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd Kontraktor: Konsorsium PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd.

12) Blok West Madura Operator: Kodeco Korea (6 Mei 1981 - 6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011 - 7 Mei 2031). Kontraktor: Kodeco Energy Company Ltd (6 Mei 1981 - 6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011 - 7 Mei 2031).

13) Blok North Madura Operator: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd. Kontraktor: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd.

14) Blok Ketapang Operator: Petronas Carigali Ketapang II Ltd (Malaysia) Kontraktor: Gulf Resources Ketapang (ConocoPhillips-Amerika Serikat).

15) Blok Terumbu Operator: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd Kontraktor: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd.

16) Blok South Madura Operator: South Madura Exploration Company Pte Ltd Kontraktor: PT Eksindo South Madura.

17) Blok Madura Operator: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd (Cina) Kontraktor: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd.

Dari data diatas terlihat betapa “manis”-nya Madura, ibarat kumpulan gula maka tak lama kemudian akan muncul berbagai macam semut yang siap mengambil akan manisnya gula. Akankah sang semut akan mendapatkan manfaat dari manis (madu)-nya gula ataukah malah “terbunuh” oleh nikmatnya madunya sendiri. Akankah Sumber Migas yang ada itu kita biarkan saja atau kita manfaatkan sebesar-besarnya guna kesejahteraan masyarakat Madura sendiri? Bukankah dalam Al Quran sudah dijelaskan bahwa Allah tidak merubah nasib suatu kaum kecuali kaum atau bangsa itu sendiri yang mau merubahnya (QS 8 : 53). Menengok jauh kebelahan bumi Uni Emirat Arab nan gersang dan berpasir kita akan ingat satu nama besar DUBAI. Kota transit sekaligus tempat untuk plesiran, terutama buat yang hobi belanja. Ya, siapa yang tidak tahu kota Dubai yang konon mempunyai gedung tertinggi didunia dan mempunyai pulau buatan yang bisa dilihat dari ruang angkasa. Semua itu berangkat dari masyarakatnya yang dulunya primitive dan terbelakang, namun begitu geliat emas hitam (black gold) ditemukan disana, secepat kilat rakyatnya mulai bangkit terutama disaat mereka mengetahui bahwa kandungan migasnya tak selamanya membawa kemakmuran buat masyarakatnya dan sejurus pula mereka berpikir bagaimana disaat negerinya dipuncak kenikmatan itu mulai melirik bisnis jasa dan perniagaan modern yang bakalan tetap dikunjungi oleh berbagai kalangan dari seluruh dunia termasuk Indonesia. Dan negeri kitapun cukup banyak menyetorkan para tenaga ahlinya guna membangun negeri padang pasir tersebut dan menyulapnya menjadi kota modern nan hijau. Inilah warisan yang ditinggalkan oleh generasi tuanya buat anak cucunya kelak jikalau negerinya sudah tidak menghasilkan minyak sebarelpun mereka sudah siap mandiri dengan bekal pelayanan jasa dan pariwisata termodern didunia. Belajar dari pengalaman diatas tak ada salahnya warga Madura intropseksi diri dan mulai membangun tanah tinggalnya semodel kota Dubai tanpa meninggalkan local wisdom yang ada dan berada sejak dulu kala. Apa yang tidak ada di Dubai malah ada disini, negeri mereka diliputi gurun pasir nan tandus tapi negeri kita diliputi alamnya yang hijau membuat mata tak jemu memandangnya. Ya, itulah gambaran selintas tentang perbedaaan yang ada namun hakikinya kita lebih unggul dibandingkan mereka. Dana konpensasi bagi hasil MIGAS sebenarnya lebih dari cukup untuk memberdayakan bumi Madura ini mulai dari pembangunan infrastruktur jalan, perkereta-apian hingga jalur desa mandiri yang berwawasan lingkungan. Pembangunan manusianya juga sangat menentukan keberhasilan dari program-program yang ada terutama pengurangan tingkat kemiskinan yang dalam hal ini lebih ditekankan “miskin ilmu”, karena dengan miskin ilmu inilah akan memunculkan generasi muda yang suka potong kompas dan menyebabkan salah niat hingga berujung berbuat Kufur seperti korupsi, berjudi, mabuk, narkoba hingga prostitusi. Dalam bidang pertanian, Madura sangat terkenal akan hasil tembakau dan kopinya yang khas. Belum lagi hasil panenan laut yang melimpah yang meliputi seluruh pulaunya. Akankah kita berdayagunakan maksimal dengan menggalakkan Eco Agro Wisata maupun Eco Mina Wisata yang ksesemuanya berwawasan lingkungan. Kita berdayakan hutan mangrove sebagai kawasan wisata terpadu sekaligus edukasi akan pentingnya hutan mangrove untuk benih ikan dan penahan abrasi air laut serta pendayagunaan hasil hutan seperti kayu mangrove maupun daunnya untuk diolah menjadi secangkir the yang sedap. Ataupun pengembangan kewirausahaan permebelan dan sentra batik seperti ukiran khas kerajaan Sumenep, Bangkalan maupun batik tulis Madura yang mempunyai corak dan motif khusus yang menggambarkan semangatnya orang-orang Madura. Kita tahu masyarakat Madura ini sangat terkenal akan kereligiusannya. Warga Madura banyak yang melancong hingga ke Malaysia, Arab Saudi, Mesir hingga Yaman hanya untuk belajar memperdalam ilmu keagamaan. Sewaktu penulis tugas kerja ke Yaman, diairport Sana’a sempat bertemu dengan beberapa pelajar Indonesia asal Sampang yang mau tugas belajar ke Hadramaut. Atau sewaktu di Medinah penulis sempat berbincang-bincang dengan pelajar Al Munawaroh ataupun pelajar kita yang tugas belajar di Mesir. Padahal dulunya justru Maduralah tempatnya menuntut ilmu Keagamaan. Mengapa tidak kita balik, kita bangun sekolah keagamaan modern yang mengamalkan nilai-nilai keagamaan, mengajarkan jiwa-jiwa entrepreneur (pengusaha muda) yang berwawasan luas, pantang mundur, bersemangat dan tahu akan celah usaha yang inovatif, produktif dan berdaya saing tinggi. Inilah nilai-nilai yang yang harus kita tanamkan dan bangun di pulau Madura ini. Kita jadikan Madura sebagai basis Wisata Religi yang mendidik dan berwawasan luas. Kita bisa membayar mahal mereka dengan mendatangkan para ilmuwan-ilmuwan dari Timur Tengah guna mengajarkan ilmunya di basis-basis sekolah modern, kelompok produktif maupun pesantren. Tak ada yang lebih utama selain ilmu yang bermanfaat dan siap membagikan keilmuwannya untuk kemaslahatan ummat. Akhirnya dengan pendidikan yang memadai maka akan memunculkan jiwa-jiwa patriot anak negeri yang siap berbakti untuk negerinya, tetap rendah diri dan ber-empati tinggi terhadap sesamanya. Siap berjihad (bersemangat) baik jiwa, harta dan tenaganya untuk ibu pertiwi.

Nun jauh dikegelapan malam, sayup-sayup terdengar alunan lagu anak negeri “Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami”. Kapan kau siap berbakti ‘tuk negerimu? Akankah keluar Jiwa orang Madura yang terkenal sebagai pekerja ulet dan setia? Waktu yang akan menjawabnya.

Sekian dan Terima kasih. Referensi : 1. Global Review : http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9305&type=2#.UcPv8Zxp_6M 2.Global Review : http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=11209&type=112#.UcPvzJxp_6M 3. Wikipedia Madura :http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura 4. Orang Madura Dimata Orang Amerika :http://kabarmadura07.blogspot.com/2008/05/orang-madura.html

1 komentar

Sungguh Luar Biasa Kupasan dari Om Hamid ini...
Semoga Sukses Jaya menjadi Presiden Nuswantoro, Amiennn...

Write Down Your Responses